Ada Pertunjukan Topeng Blantek FIS Di Rapat Tahunan UNESCO

PN.JAKARTA | – United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) salah satu lembaga PBB dalam membantu meningkatkan kerja sama antar negara dan bangsa di dunia ini melalui bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan menggelar acara rapat tahunan dengan mengusung tema ‘Training On Media Diversity’, Rabu (18/9) di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta.

Dalam acara itu tampil Sanggar Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena pimpinan Nasir Mupid di sela waktu istirahat. Menghibur para anggota rapat dari belahan dunia seperti Cina, Swedia, Thailand, Italia, Inggris dan lain sebagainya. Topeng blantek merupakan salah satu seni budaya Betawi yang saat ini jarang ditampilkan dibanding lenong. Dengan menampilkan lakon ‘Balada Kampung Silat Beksi Petukangan’, penampilan Sanggar Topeng Blantek mendapat sambutan meriah dari para penonton.

“Pagelaran yang mengangkat lakon ‘Balada Kampung Silat Beksi Petukangan’ itu memadukan banyak cabang seni budaya Betawi sehingga memperkaya tampilan kita agar bisa diapresiasi dengan baik dan memuaskan para penonton. Cabang seni budaya Betawi lain itu adalah rebana biang, atraksi silat Beksi, dan pembacaan sholawat,” ujar Nasir Mupid.

Lebih lanjut, seniman dan budayawan Betawi itu mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang luar biasa besarnya kepada rekan-rekan yang telah tampil secara optimal. Terutama kepada Efri M. Napis selaku Legenda Hidup Beksi Petukangan, Ridho pemeran Rojali, Dewi pemeran Bodor, Dimo pesilat Beksi, serta Azis, Agus, dan Beben selaku crew.

“Disamping sebagai hiburan, pagelaran tersebut juga sekaligus memperkuat eksistensi topeng blantek, rebana biang, dan silat Beksi sebagai karya budaya yang telah secara resmi ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia di bawah pengawasan UNESCO,” terang Nasir Mupid.

Menurut Nasir, tokoh Jantuk dan Bodor serta keberadaan sundung dan obor menjadi daya pikat tersendiri bagi para penonton mancanegara itu. Ditambah lagi dengan parade jurus silat Beksi dan tabuhan rebana biang serta bacaan sholawat yang membuat hadirin terpukau dan antusias menonton.

“Klimaks inti dari tiap adegan yang dimainkan adalah ketika kekolotan dan keras kepalanya Si Jantuk terhadap pemikiran dalam berkesenian. Sehingga membuatnya semakin tertinggal dan tenggelam karena kurangnya pemanfaatan teknologi dalam hal ini media. Padahal, unsur-unsur itu merupakan bagian dari budaya yang hakikatnya adalah dinamis. Maka diharapkan sebagai generasi muda mampu menjaga kearifan budaya bangsa melalui keanekaragaman media dan teknologi,” harap Nasir Mupid menutup obrolannya.***(miel)

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.