Eddie Karsito: Hidup Adalah Berbuat

PN.BEKASI l — Dipertengahan tahun 90-an, perumahan Kranggan Permai yang belum begitu ramai seperti sekarang, disalah satu rumah di blok BS jalan Melati Raya seringkali terlihat aktivitas remaja dalam berkesenian. Baik itu teater, melukis, menari, dan kegiatan edukasi lainnya. Disanalah tinggal seorang penggiat seni dan aktivis humaniora Eddie Karsito. Selain pelaku seni, Eddie juga seorang jurnalis.

“Kegiatan mengedukasi remaja di dunia seni masih berjalan hingga sekarang. Alhamdulillah rumah tempat tinggal ini telah menjadi tempat tinggal banyak orang sejak tahun 90-an,” ungkap Eddie, siang itu, Selasa (11/6/19).

Lebih jauh Eddie menceritakan, dulu sebelum perumahan ini padat dan ramai seperti sekarang, jalan lintas Cibubur pun belum ada, tiap minggu ada saja kegiatan di rumahnya yang sekaligus dijadikan sanggar. Bukan hanya remaja atau pemuda lingkungan setempat, tetapi remaja dari berbagai tempat di tanah air pun banyak yang “bermarkas” di rumah Eddie. Ada yang dari Jawa, Medan, Kalimantan, Aceh, Padang, Bandung, dan tempat-tempat lainnya.

“Alhamdulillah, mereka sekarang sudah banyak yang jadi orang,  sukses dibidangnya masing-masing secara produktif dan mandiri, sehingga mampu menginspirasi generasi penerus yang lainnya,” ungkap Eddie, sambil memandang beberapa foto lama kegiatan sanggar di dinding ruangan dengan tatapan yang jauh kedalam.  Tatapan itu seakan ia tengah mengenang berbagai lintasan kenangan pada masa silam.

Institut Humaniora, Eddie menamakan tempat belajar sanggarnya. Terkesan akademik tetapi menurutnya inilah pola sekolah alam yang sekarang tengah berkembang. Jauh sebelum ada konsep sekolah alam secara formal, Eddie sudah mempraktekannya di Institut Humaniora. Karena di Humaniora, selain menempa bakat para anggota, juga belajar bersama menggali intelektual dengan cara diskusi, presentasi, dan berkarya nyata dari hasil belajar.

“Bayangan saya waktu itu, bagaimana anak sekolah betah di kelas, dan belajar dengan gembira. Konsep itu telah saya terapkan di humaniora jauh sebelum metode sekolah alam berkembang seperti sekarang,” jelas Eddie.

Meskipun di humaniora tidak perlu ada kelas seperti di sekolah formal, tetapi menurut Eddie kelas adalah lingkungan, yang bisa jadi tempat belajar kapan pun dan dimana pun. Untuk para anggotanya pun tidak melulu yang itu-itu saja. Siapa saja yang mau gabung silahkan, dan tidak dipungut bayaran sepeser pun.

“Pola kekeluargaan serta melakukan apa pun dengan rasa cinta, membuat kita tetap kompak dan menjadi keluarga besar hingga sekarang,” terang Eddie.

Hidup adalah berbuat, lakukan semampu kita untuk menebarkan kebaikan, telah menjadi dasar prinsip Hidup Eddie. Karena itulah, meskipun mobilitas kegiatan sanggar sudah tidak seproduktif  dulu lagi, tetapi Eddie meningkatkan pola buatnya dengan menjadi mitra bagi para pemulung, orang tua lanjut usia, dengan memberikan motivasi dan terkadang berbagi rejeki kepada yang membutuhkan. Bukan hanya itu, Eddie juga telah mendirikan Yayasan Rumah Singgah Bunda Leni, yang terfokus pada konsep pelaksanaan humaniora seperti yang dilakukannya sejak tahun 90-an hingga sekarang.

“Rumah Singgah Bunda Leni adalah bentuk sumbangsih almarhum istri saya yang waktu masih hidup turut memperjuangkan kepentingan banyak orang bersama saya. Dialah perempuan hebat yang hingga kini tak bisa tergantikan oleh siapa pun dalam hidup saya,” kata Eddie, dengan suara parau dan ujung kelopak mata mengkristal.

Pembicaraan itu, terhenti sejenak, seperti ada ruang kosong dalam obrolan panjang dengan jurnalis, aktor, motivator dan pelaku kehidupan yang ingin berbuat banyak kepada semua orang saat membicarakan tentang almarhum istrinya. Ada asa di dada. Sementara awan sore di atas sana bergulung-gulung seakan mewakili kegelisahan yang tak terkatakan di hati seorang Eddie Karsito.

Matanya terpejam sesaat. Bibirnya terkatup. Tak lama kemudian ada senyum yang keluar sambil matanya berbinar saat mendengar  ada suara anak kecil berumur empat tahun yang memanggilnya  dan lari ke arahnya.

“Ini cucu saya yang kedua. Yang pertama sudah sekolah kelas satu SD. Mereka inilah permata hati saya setelah istri saya tiada. Istri saya memberikan satu anak yang kini memberikan dua cucu. Karena merekalah saya akan terus berbuat untuk orang banyak, memberikan contoh kepada mereka, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna untuk manusia yang lainnya,” ungkap Eddie sumrigah, sambil mengakhiri bincang-bincang singkatnya.*** (Gara)

Eddie bersama Agus Ringgo dalam sebuah film layar lebar. Ini adalah salah satu akting Eddie di antara beberapa film dan sinetron yang sudah ratusan dimainkannya.

 

 

 

 

 

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.