Magetan Pelopori Pembangunan Gedung Pertunjukan Seni Ketoprak

PN.JAKARTA l — Masyarakat terbentuk melalui sejarah panjang. Pada kurun tertentu terdapat berbagai peninggalan yang jejaknya terekam hingga sekarang, selanjutnya menjadi warisan budaya.

“Warisan budaya inilah yang diturunkan dari generasi ke generasi sehingga menjadi sebuah tradisi di setiap jejaknya,” ujar Bupati Magetan, Dr. Drs. Suprawoto, SH, M.Si, saat dijumpai di acara pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (30/06/2019).

Acara apresiasi kesenian daerah ini juga sekaligus menjadi ajang silaturrahmi dan acara ‘Halal Bihalal’ para warga Jawa Timur, khususnya yang tergabung di Paguyuban Pawitandirogo (Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun dan Ponorogo).

Hadir di acara ini, tokoh pers Indonesia, Parni Hadi, selaku Ketua Paguyuban Pawitandirogo (Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun dan Ponorogo), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK), Ir. Agus Rahardjo, dan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM.

Hadir juga Ketua Ikatan Keluarga Magetan (IKMA), Mayjen TNI AD, Purn. Muktiyanto, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Magetan, para warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.

Berbicara di depan warga Jawa Timur, Suprawoto menyampaikan, paguyuban seperti Pawitandirogo menurutnya, akan jauh bermanfaat jika memiliki program yang benar-benar menyentuh hajat hidup orang banyak. Dari segi pelestarian warisan seni dan budaya misalnya, Suprawoto mengusulkan agar pengembangannya dapat disinerjikan.

“Mengembangkan begitu banyak potensi kesenian daerah secara bersamaan akan berat. Oleh karena itu kita bagi, Magetan seni Ketopraknya, Ngawi misalkan Ludruk, dan Madiun Wayang Wong. Kemudian di berbagai sentra kesenian ini setiap minggu diadakan pentas. Dengan demikian kawasan Pawitandirogo akan menciptakan sinerji kultural yang sangat luar biasa,” ujarnya.

Jika ingin nguri-uri_budaya, kata Suprawoto, jangan hanya diseminarkan. “Namun tanggapen (pentaskan), agar kesenian dapat hidup. Doakan Magetan akan mempelopori membangun gedung pertunjukan. Mulai tahun 2020 nanti, insya Allah seni Ketoprak akan pentas tiap minggu di Magetan,” ujar Bupati yang kerap tampil menjadi ‘panjak Thoprak’ ini.

Suprawoto menambahkan, ia memilih main Ketoprak karena ingin lebih menggiatkan kesenian yang mulai terpinggirkan tersebut. Suprawoto juga mengajak generasi muda untuk kembali menggeluti kesenian daerah, khususnya Ketoprak.

Seni pertunjukan Ketoprak merupakan jenis kesenian tradisi dari wilayah sub-etnis Mataraman. Kesenian ini menjadi salah satu keragaman potensi budaya Jawa Timur yang terbentang dari Banyuwangi, Malang hingga ujung timur Madura. Dari Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, hingga Ponorogo. “Tiap-tiap wilayah ini memiliki keistimewaan; karakteristik yang layak dibanggakan,” ujar Suprawoto.

Sementara itu Parni Hadi dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini harus memiliki langkah konkret untuk lebih mensejahterakan rakyat Magetan dan rakyat Pawitandirogo. Masyarakat harus maju bersama. Hal ini modal untuk menjadi yang terbaik.

“Sabuk Lawu hijau itu bisa dipertahankan. Mari kita jual gunung Lawu (Telaga Sarangan) sebagai tujuan wisata. Wisata alam, wisata sejarah dan wisata spiritual. ‘Go to Lawu’ kita kampanyekan. Bersama kita bisa. Bisa segala macam, asal kita bersama-sama,” ujar Ketua Paguyuban Pawitandirogo (Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun dan Ponorogo) ini.

Pada kesempatan ini, duta seni Kabupaten Magetan mementaskan seni ’Ketoprak’ dengan judul _’Sang Adipati Terung’_ sebagai pergelaran utama. Melibatkan sejumlah tokoh dan pejabat menjadi pemain. Termasuk diantaranya Parni Hadi dan Bupati Magetan, Suprawoto, ikut berperan dalam pertunjukan ini.

Sebelumnya tampil tarian ‘Pangrucat’ sebagai pergelaran pembuka. Disusul kemudian acara musik dan lagu yang menampilkan sejumlah penyanyi campursari membawakan lagu-lagu daerah.

Ketoprak ’Sang Adipati Terung’ menceritakan seorang putra Raja Prabu Brawijaya yang dititipkan kepada Adipati Arya Damar. Ketika dewasa, putra raja kerajaan Majapahit ini mengabdikan diri kepada Raja. Karena ketulusan dan darma baktinya untuk kerajaan, usahanya berbuah kemuliaan; ‘Wong labuh tuwuh, wong nandur ngunduh,’ (di setiap kesulitan ada kemudahan, siapa yang menanam dia yang memanennya).

Di acara gelar seni budaya ini, pemerintah Kabupaten Magetan juga melibatkan para penggiat usaha kecil kerajinan kulit dan batik. Mereka menjual sejumlah produk unggulan kerajinan dari Kabupaten Magetan, seperti tas, dompet, sepatu, sandal dari bahan kulit, serta kain batik, t-shirt, dan berbagai jenis kerajinan lainnya. Ada juga di sejumlah stand khusus yang menjual berbagai produk kuliner, seperti Pecel Magetan, Lontong Tepo, krupuk Lempeng/Gendar, kue Bolu khas Magetan, dan makanan serta minuman lainnya.

Para seniman yang terlibat sebagai tim kreatif di pergelaran ini, Sartono Wiratmojo (Penulis Cerita dan Sutradara), Hapsari Tri Wahyuni, S.Pd. (Asisten Sutradara), Siska Hariati, S.Sn (Penata Tari), Putut Puji Agusseno, S.Sn (Penata Musik), Siska Hariati, S.Sn (Penata Kostum dan Penata Rias), Iswahyudi (Penata Panggung), serta didukung puluhan pengrawit, penyanyi dan penari.

Duta seni dari Kabupaten Magetan ini di bawah pembinaan Bupati Magetan, Dr. Drs. Suprawoto, SH, M.Si. Penasehat, adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Magetan, Dr. Drs. Bambang Trianto, MM, Penanggungjawab, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan Drs. Venly Tomi Nicolas, SH. MM, dan Pimpinan Produksi, Kepala Bidang Kebudayaan, Bambang Joko Purnomo, S.Kar.

Bertindak sebagai Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Selama bulan Juli 2019, Anjungan Jawa Timur akan menampilkan duta seni dari Kabupaten Trenggalek (07/07/2019), Kabupaten Pamekasan (14/07/2019), Kabupaten Nganjuk (21/07/2019), dan Kabupaten Bojonegoro (28/07/2019)./*** (Gara)

 

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.