Raffi Ahmad dan Mimpi Sepakbola Indonesia

Oleh: Suyitno PS

RAFFI Ahmad bikin kejutan. Presenter kondang ini resmi mengakuisisi klub sepakbola Cilegon United dan mengubah nama klub menjadi Rans Cilegon Football Club. Sebagai chairman Raffi berharap klub yang berkompetisi di Liga 2 itu semakin profesional dan berprestasi.

Raffi menjelaskan ia menjadi chairman bersama rekannya, pengusaha mobil mewah, Rudy Salim. Keduanya ogah menyebut nilai akusisi klub, meski sejumlah media menyebut dalam pengambilalihan tersebut menelan dana lebih dari Rp300 miliar, termasuk penyediaan infrastruktur penunjang seperti lapangan sepakbola yang tersebar di 10 kota dan akademi sepakbola.

Menurut Rudy, nilai investasi total di atas Rp300 miliar. Bukan nilai akuisisi klub, namun untuk infrastruktur penunjang, pembelian tanah, pembangunan gedung dan sebagainya.

Raffi juga mengemukakan tekadnya yang serius terjun di bola yang sejak kecil merupakan hobinya. Karena ia tidak main-main, namun siap menjadikan sepakbola kita ngetop di ajang internasional.

Sepakbola di Indonesia sejak dulu merupakan primadona olahraga. Bahkan, organisasinya 15 tahun berdiri sebelum Republik ini diproklamirkan. Sepakbola Indonesia sempai dijuluki Macan Asia, meski belum pernah menjadi Juara Asia atau Asian Games.

Konon, dulu, Indonesia menjadi panutan negara-negara Asia lainnya sebelum Korea Selatan, Jepang, bahkan Qatar yang sekarang dikenal sebagai ‘penguasa Asia’. Yang tampak adalah Indonesia kini bahkan ‘bukan apa-apa’ di Asia Tenggara. Timnas Indonesia menempati peringkat 173 Badan Sepakbola Dunia (FIFA). Di ASEAN, satu tingkat di atas Kamboja dan berurutan di bawah Vietnam (94 – 1258 poin), Thailand (114 – 1178 poin), Filipina (124 – 1136 poin), Myanmar (135 – 1081 poin), Malaysia (154 – 1040 poin), dan Singapura (157 – 1020 poin). Belum lagi, ngomong Asia seperti halnya Cina.

Melihat fakta ini, Raffi dan krunya dipastikan tidak bakal menemui jalan mudah. Untuk sampai ke Liga 1 sejumlah klub saingan sama-sama berkehendak untuk lolos. Segala kekuatan harus dikerahkan untuk sampai ke situ.

Namun, bicara pembibitan tampaknya ‘jalan cerah’ akan segera ditemui. Pasalnya, selama ini klub-klub di Indonesia kurang memperhatikan hal ini. Kebanyakan maunya instan. Bahkan, bicara pembibitan seakan terpisah dari induknya.

Renstra (Rencana Strategi) sebenarnya dimiliki PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sebagai induk organisasi cabang olahraga ini. Namun, dalam perjalanannya lebih suka instan juga dengan yang namanya naturalisasi.

Padahal, pemerintah juga sangat peduli dengan kiprah si kulit bundar ini. Terbukti, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan akhirnya menerbitkan Permenko No. 1/2020 tentang Peta Jalan Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Permenko tersebut merupakan turunan dari Instruksi Presiden No. 3/2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional.

Permenko PMK No. 1/2020 terbilang penting karena memuat peta jalan pengembangan sepakbola Indonesia. Di dalamnya tercantum lima arah strategis kebijakan, yaitu infrastruktur dan sport science, kompetensi sumber daya manusia, pengembangan bakat, sistem kompetisi, dan tata kelola dan pendanaan.

Jangan seperti di era 2000an kita disebut karena nama Radja Nainggolan keturunan Indonesia. Mimpi sepakbola Raffi tampaknya sesuai dengan lima langkah strategis tersebut. Dan, harus menjadi mimpi-mimpi pemilik klub dan pelaku sepakbola yang lain. Semoga.***

(Suyitno PS, Penyair, Wartawan Olahraga sejak 1983.)

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.