20 Tahun Yang Singkat (Catatan Wisata Kab. Bogor)

Oleh : Bang Dul

PN.I — Meski medan pendakian Gunung Salak terbilang cukup berat, tapi tidak pernah sedikitpun menyurutkan langkah kaki para pendaki untuk menikmati keindahannya.

Saya menyebut Gunung Salak dengan istilah Gunung Seribu pesona, tidak berlebihan jika kalimat diatas disematkan pada Gunung Salak. Gunung berapi di Kabupaten Bogor ini.

Gunung Salak memiliki tiga puncak gunung yang terkenal, yaitu Puncak Salak I atau tenar dengan nama Puncak Manik ketinggian 2211 Mdpl, Puncak Salak II berketinggian 2180 Mdpl, dan Puncak Sumbul setinggi 1926 Mdpl. Walaupun tidak sedikit yang mengatakan Puncak Gunung Salak lebih dari 5 puncak.

Ketinggian Gunung Salak termasuk dalam golongan sedang bahkan rendah. Akan tetapi jangan pernah meremehkan pendakian Gunung Salak jika kamu tidak ingin tersesat didalamnya. Jalur pendakian dan karakter vegetasinya membuat setiap pendaki yang sudah berpengalamanpun akan kewalahan menaklukkannya.

Meski demikian, banyak dari para pendaki yang penasaran dan selalu merindu untuk mendaki Gunung Salak lagi dan lagi. Salah satunya adalah saya. Hehe

Selain pepohonan yang rimbun dan lebat, trek pendakian yang curam, hutan Gunung Salak juga sangat lembab dengan tanah dan bebatuan licin yang mengharuskan para pendaki untuk ekstra hati-hati dalam mendaki gunung ini.

Jalurnya yang licin ditambah tanjakan-tanjakan terjal yang terkadang mempertemukan lutut kita dengan dagu, akar pohon yang menjulur sebagai jalur pendakian terjal. Jika tak punya nyali dan fisik yang kuat, lebih baik tak usah bermimpi untuk muncak ke gunung salak.

Saya ingin berbagi informasi mengenapi pintu pendakian Gunung Salak. Ada beberapa pintu yang bisa dimasuki untuk mendaki gunung Salak, diantaranya jalur pendakian via Cidahu, via Curug Pilung, via Kutajaya Cimelati, dan jalur pendakian via Pasir Reungit, via Curuq Ratu (Curuq Seribu)

Terbaru saya ditemani tokoh masyarakat Pamijahan mendaki lewat curug Ratu. Sebelumnya saya pernah mendaki gunung Salak beberapa kali di kisaran tahun 2000an, saat itu saya masih tinggal di Tanjung Priok Jakarta Utara.

Waktu itu usia saya belum genap 20 tahun, seperti kebanyakan anak-anak di zaman itu, ketika berpergian ke alam bebas (camping) kami tidak pernah merencanakan secara matang.

Bahkan tidak tau medan sebuah gunung pun tidak menjadi penghalang untuk tetap mendaki, menjelajah hutan, semua diterabas, tidak peduli dengan keselamatan, yang penting hati senang dan keinginan tercapai.

Alhasil tiga kali kami mendaki gunung Salak, sebanyak tiga kali itu juga saya dan teman-teman tersesat dengan berbagai cerita pengalaman yang bikin bulu kuduk merinding bila mengingatnya. Alhamdulillah Alloh masih selamatkan rombongan kami yang pada sotoy itu.

Kini puluhan tahun berlalu, setelah saya diberi kesempatan oleh Tuhan bisa menjelajah banyak gunung gunung tinggi di Indonesia, bahkan setelah raga ini tidak segagah 20 tahun lalu (ciee) kerinduan akan puncak gunung salak begitu menggebu.

Alhamdulillah sekarang saya sudah hijrah ke Kabupaten Bogor yang indah ini, dan sudah 17 tahun menjadi bagian dari warga Bogor yang ramah.

Dengan semangat kerinduan itu, saya coba hubungi teman-teman lama yang mungkin bisa diajak mendaki lagi. Alhamdulillah Alloh kabulkan keinginan saya.

Ditemani sahabat sahabat yang baik, H.Iwan Pamijahan yang juga orang aseli kelahiran kaki gunung salak, beliau juga tokoh masyarakat pamijahan, akhirnya kerinduan akan mendaki puncak gunung salak pun tersampaikan.

Dengan memohon perlindungan Alloh SWT, pendakian kami ditemani guyuran hujan, angin kencang serta kabut tebal khas gunung salak, kami lakukan pendakian tektok 20 jam. Walau raga tidak seperti dulu lagi, namun semangat tak boleh kendor.

Kutapaki jalan sepi Gunung Salak, menikmati keheningan setiap jengkal perjalanannya, walau kamu tidak ada disampingku, dengan medan pendakian yang tidak ada di gunung-gunung lain.

Kami mulai trek jam 7.00 pagi dari gerbang Curug Ratu atau lebih dikenal Curug Seribu dan alhamdulillah kami sampai puncak manik puncak tertinggi gunung salak jam 15.30 wib.

Setelah melakukan aktivitas ibadah sholat dan menyantap perbekalan yang dibawa, pukul 16.00 kami bergegas kembali turun, hujan lebat serta gelapnya hutan gunung salak sedikit menyulitkan langkah kaki kami, hingga akhirnya kami sampai kembali dibasecam penduduk pukul 00.00 wib.

Sebenarnya banyak pengalaman unik dan menarik yang kami alami selama dalam perjalanan mendaki kemarin, tapi biarlah itu menjadi cerita menjelang tidur buat sibungsu yang masih kecil. Namun yang pasti mendaki gunung itu seperti candu, sekali kau mendaki maka kau akan selalu rindu dengannya. Terimakasih.

Aku mendaki karena senang dengan alam.

Aku mendaki bukan untuk sensasi.

Aku mendaki agar aku bisa merasa lebih dekat dengan pemilik raga ini (Alloh Robbul izzati)

Aku mendaki karena aku mencintai negeri ini, mencintai Kabupaten Bogor dan Jawa Barat dengan keramahan penduduknya.

Salam Lestari

DIRGAHAYU NEGERIKU
DIRGAHAYU BANGSAKU
DIRGAHAYU INDONESIAKU
HARAPAN ITU MASIH ADA

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.