Buitenzorg Adalah Puisi

Catatan: Sihar Ramses Simatupang

________

Sebuah kota ibarat “puisi sejarah” yang panjang. Tua sekali umurnya. Telah banyak pengalaman dan perjalanan. Telah banyak perubahan ruang di tiap simpang waktu.

Maka, di buku kumpulan puisi Buitenzorg ini sebenarnya, penyair sedang menghadapi sebuah kota yang pada hakekatnya adalah puisi juga. Banyak rangkaian semiotik di dalamnya yang menanti untuk diterjemahkan.
Untuk kondisi yang semacam ini, kita dapat kembalikan ke pendapat para kuratornya yaitu Putra Gara dan Herman Syahara dengan korektor dan pengedit ulangnya Julia Basri. Akibatnya, puisi jangan pernah hadir sebagai laporan pandangan mata yang memotret permukaan saja. Jangan hanya, “cukup hanya dengan menyebut segala unsur kebogoran” itu maka kewajiban menulis puisi tentang Bogor sudah tertunaikan.

Keduanya, Gara dan Herman, melanjutkan paparannya: Kata hujan, kabut, dingin, pohon, Gunung Salak, Ciliwung, nama gedung, nama tokoh, nama makanan, istana, Kebun Raya, dan benda-benda lain yang identik dengan Bogor, memang berseliweran dalam puisi peserta.

Ya, pendekatan dari para penyair memang beragam. Namun demikian, Buitenzorg selayaknya bukan sekedar penyebutan kata kunci. Sikap di atas hanya menjadikan Buitenzorg sebagai obyek belaka. Obyek wisata bahkan obyek pencarian kata di paparan Google dan Wikipedia. Padahal, Buitenzorg adalah puisi, adalah sejarah, adalah perenungan itu sendiri.

Ada beberapa sikap yang lebih jauh dari ornamen kata atau hanya menjadikan Buitenzorg lebih dari sekadar obyek. Yaitu menjadikan Buitenzorg sebagai puisi kehidupan bagi penyairnya.

Memasuki sejarah, memasuki pengalaman spiritual, kenangan, kedalaman dialogis yang berlarat-larat mencapai mutiara kehidupan itu sendiri.
Sebagaimana Gabriella Garcia Marquez yang telah mengambil sikap terhadap sejarah sebuah kota yang hidup dan aktif itu, untuk kemudian mengolahnya kembali dengan cara pandang mendalam, ditampilkannya dengan pembukaan awal di karyanya, Seratus Tahun Kesunyian.

Sihar (kiri) dalam acara Launching dan Bedah Buku Antologi Puisi Buitenzorg.

Memahami sebuah kota adalah memahami sebuah organisme kehidupan. Hal yang membuat saya belum mampu menerjemahkan betapa dalamnya kebijakan sunyi yang kita dapat saat kita berada di antara pemakaman di tengah Kebun Raya Bogor.***

 

– (Sihar adalah seorang jurnalis dan pelaku sastra)

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.