Oleh: H. J. Faisal*
PN. l — Di akhir Ramadhan 2021/1442 H ini, umat Islam Indonesia kembali bersedih. Sedih yang disebabkan karena beberapa hal yang sedang terjadi di dalam kehidupan umat Islam bangsa Imdonesia saat ini.
Kesedihan yang pertama adalah karena berakhirnya bulan suci Ramadhan itu sendiri. Sepertinya baru kemarin umat Islam menjalankan puasanya di hari pertama di bulan suci Ramadhan ini. Tanpa terasa, hari ini Ramadhan telah usai di tahun ini. Ramadhan memang pasti akan kembali di tahun depan, tetapi apakah usia kita akan sampai di tahun depan, dan dapat menikmati keindahan Ramadhan kembali? Wallahu’allam.
Kesedihan yang kedua adalah, perginya salah seorang ulama Indonesia yang cukup disegani dan dicintai oleh umat muslim Indonesia. Ya, kepergian Kyai Tengku Zulkarnain yang begitu tiba-tiba, memang sangat mengejutkan umat muslim bangsa ini. Beliau adalah seorang ulama yang sangat konsern dengan dunia pendidikan Islam bangsa ini. Beliau adalah seorang guru yang objektif, humoris, dan selalu merasa tidak nyaman jika melihat kedzaliman dan ketidakadilan.
Semoga Allah Subhannahuwata’alla mengampuni semua dosa-dosa beliau, dan menjadikan ilmu-ilmu yang telah beliau ajarkan kepada bangsa ini, menjadi ‘ilman nafian yang pahalanya akan terus mengalir ke alam kubur beliau. Aamiin ya Allah ya Robbal’alamiin. Selamat jalan guru.
Kesedihan umat Islam bangsa ini berikutnya adalah ketika umat Islam ditawarkan makanan yang jelas-jelas keharamannya, yaitu Bipang Ambawang, makanan khas dari Kalimantan Barat. Makanan ini berasal dari daging babi yang dipanggang. Namanya babi, hewan ini adalah hewan yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sampai kapanpun babi akan tetap haram, meskipun babi tersebut telah disunat.
Mengapa umat Islam sangat tersinggung, sehingga harus bereaksi keras terhadap hal ini? Karena konteks penawarannya dilakukan di ruang publik, dan waktu penawarannya terjadi di bulan suci Ramadhan, dan penawaran tersebut memang dikhususkan untuk acara lebaran atau hari raya Idul Fitri. Jelas-jelas umat Islam bereaksi keras, karena hanya umat Islam yang mempunyai bulan suci Ramadhan dan hari raya lebaran atau hari raya Idul fitri.
Sebab reaksi keras umat Islam kedua adalah tidak adanya permohonan maaf atas kekeliruan atau kealpaan yang dibuat oleh si penawar atau si penjaja makanan haram tersebut kepada umat Islam Indonesia sampai sekarang. Subhanallah
Kesedihan massal umat Islam berikutnya adalah ketika di akhir Ramadhan pintu-pintu langit terbuka untuk do’a-do’a, tetapi sayangnya pintu-pintu perbatasan luar kota banyak yang ditutup, sehingga banyak warga muslim Indonesia yang tidak bisa merayakan hari raya di kampung-kampung halaman mereka. Ya, dilarang mudik, atau pulang kampung, atau apalah namanya. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mencegah penyebaran wabah Corona. Atau mungkin hanya untuk menunjukkan hegemoni kekuasaan terhadap umat Islam. Entahlah, Wallahu’allam.
Yang tidak kalah menyedihkan juga, semakin menjadinya kriminalisasi terhadap ulama sekaligus juga kepada para pembela ulama di negara ini.
Dan tidak tanggung-tanggung, apalagi canggung-canggung, tindakan kriminalisasi tersebut malah sengaja dipertontonkan ke ranah publik, apalagi di bulan yang sangat suci bagi umat Islam seperti saat ini. Astaghfirullah.
Kesedihan berikutnya, adalah disebabkan karena saudara-saudara kita di jalur Gaza Palestina yang sedang dibombardir oleh zionis teroris Israel selama bulan suci Ramadhan ini. Dimana sampai saat ini, sudah 35 orang Palestina tewas akibat serangan brutal teroris Israel.
Palestina adalah garda terakhir kekuatan umat Islam. Kemenangan Palestina, adalah kemenangan umat Islam dunia. Kekalahan Palestina, menjadi kekalahan umat Islam dunia pula. Semoga Allah Subhannahu wat’alla melindungi umat Islam Palestina dan memberikan kemenangan yang hakiki kepada umat Islam dunia. Aamiin ya Robbal’alamiin.
Kesedihan lainnya adalah….aah, sudahlah. Saat ini umat Islam memang sedang diberikan cobaan yang sangat berat, khususnya umat Islam bangsa ini dan umat Islam dunia, khususnya umat Islam Palestina.
Meskipun sedang bersedih, tetapi umat Islam harus bisa bangkit dan optimis. InsyaAllah kejayaan akan kita raih, dan semoga bangsa ini menjadi bangsa yang Allah ridhoi dan berkahi. Dan semoga Palestina selalu berada dalam lindungan Allah Subhannahu wata’alla. Aamiin, insyaAllah.
Dibalik semua kesedihan, pasti ada kebahagiaan dan kelapangan. Seperti yang telah Allah janjikan di dalam Surat Ali Imran, ayat 154, yang artinya: “Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu…”
Juga dibalik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Sesuai janji Allah di dalam Surat Al Insyirah, ayat 5-6, yang artinya: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1442 H di dalam kebahagiaan. Semoga Allah menerima semua amalan ibadah kita selama di bulan Ramadhan ini. Aamiin ya Robbal’alamiin.
Wallahu’allam bissowab
Bekasi, 12 Mei 2021/30 Ramadhan 1442 H
Penulis adalah Pemerhati Pendidikan/Mahasiswa Doktoral Pascasarjana UIKA, Bogor.