Sajak-Sajak Marlin Dinamikanto

MENJELANG PEMILU

datanglah suatu saat ketika setan
berlomba kuliti wajah
biar bening seperti malaikat

di tembok dan pepohonan
berharap angin menyapa
mengingat lekat

tapi setan tetap setan
hanya bertukar rupa. Bukan bertukar jiwa
hatinya pun tetap kelam dan pekat

biarkan saja mereka berlomba
bicara wangi bunga
toh itu hanya susunan kata-kata

biarkan pula mereka berlomba
sembunyikan bangkai di pikiran
dengan dusta di spanduknya

dikiranya aku dan kamu butuh malaikat
birokrasi Tuhan yang tak punya kehendak
mengubah malam menjadi siang

bahkan di pikirku terbersit
Tuhan menyabung tata surya
ke titik Hampa

dari titik Hampa itu niscaya
kaki lebih ringan bergerak menapak
titian harap di setapak terang

bukan setan atau malaikat
melainkan tekad sepenuh hasrat
mengubah sejarah Umat

Jatiwaringin, 6 Februari 2013

_________________________

PERJALANAN SUDAH BERAKHIR TUAN PRESIDEN

bebaskan cinta
dari sarang derita
bukan lebah atau kawanan nyamuk
melainkan rindu berkecamuk
pada kaca sebuah jendela
keadilan yang remuk
dimakan kuman atau bakteri
bahkan virus datang menyelinap
di ujung dermaga. Tempat kapal berlabuh
tak kuasa membuang sauh
“perjalanan sudah berakhir tuan Presiden ,”

tapi seruan dianggap angin buritan
dia tak mau turun dari kapal
ingin terus berlayar
ke laut lepas tak bertujuan
selain membawa keluarga dan kolega
ke dunia yang hanya ada
dalam pikirannya

cinta jatuh ke sarang derita
tidak bisa direstart
ambruk. Semua impian
sembilan tahun lalu
ketika kapal hendak berjalan
ke dermaga kemakmuran
yang kini menjelma rindu
berkecamuk oleh ketakutan
dipenjara atau bahkan disiksa
hanya karena mengingatkan
“perjalanan sudah berakhir tuan presiden.”

Bogor, 21 Januari 2024

__________________________

DEJAVU

dewa-dewa kelakuannya memang begitu

Ibu Pertiwi
tidak bisa menangis
air matanya sudah habis
disedot kesedihan. Datang berulang
dejavu, oh, dejavu
dewa-dewa yang agung
berpesta bansos dari istana
lupakan khitah yang sudah seperti
burung beo. Dejavu
setiap hari diucapkan
setiap hari pula dilupakan

kemana itu orang alim
menyembah raja yang lalim
entah untuk apa. Setiap hari berdoa
di tengah kerusakan adab
kok yang dibela orang biadab?
dejavu,. Sejak abad pertengahan
kelakuan dewa-dewa memang begitu
meracuni pikiran para domba
biar mudah disembelih Sang Raja

Ibu Pertiwi
sebenarnya ingin menangis
tapi selalu gagal. Mata air
dari hulu air mata sudah dibungkam
oleh tangan Sang Raja yang sangat panjang
dari Istana sampai ke desa-desa
dejavu. Selalu begitu
perzinahan Raja , Brahmana dan Pemburu Riba
melahirkan sapi gelap
kekuasaan yang soaaaangat rakus

dejavu
dari dulu memang begitu

Bogor, 23 Januari 2024

________________________

Marlin Dinamikanto adalah seorang penyair yang sangat produktif. Bukan hanya produktif menulis puisi, tetap juga sangat aktif berkegiatan sastra melalui diskusi atau pentas baca puisi. ***

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.