PN. BOGOR l — Tiga cerpenis handal, yang sangat produktif berkarya di media masa era tahun 90-an dan tahun 2000-an, Ismail Lutan – Putra Gara – dan Hamidin Krazan, menggagas antologi atau kumpulan cerpen karya mereka.
“Karya ini merupakan bentuk reuni kami bertiga, bahwa kami masih ada, dan tetap produktif berkarya,” terang Putra Gara, yang menggagas untuk menerbitkan karya dalam bentuk buku bersama.
Lebih jauh Gara mengungkapkan, bahwa karya ini juga sebagai rekam jejak mereka dalam melintasi waktu saat proses berkarya.
“Karena setiap cerita, pasti memiliki latar belakang idenya,” kata Gara lagi, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bogor.
Sementara Ismail Lutan, yang satu cerpennya berjudul Kontrak Politik – dijadikan judul buku, memberikan catan penting bahwa karya yang dibukukan akan abadi melalui ruang yang ditempatkan.
“Karena ia akan ada di rak buku, meja kerja, atau tas ransel untuk berpergian sebagai teman bacaan. Kami hanya ingin menemani pembaca kami lewat imajinasi karya,” kata Ismail Lutan, yang juga Ketua Umum Ikatan Jurnalis Muslim ini menambahkan.
Mereka bertiga selain sebagai sastrawan, juga jurnalis yang sudah malang melintang bekerja di media saat media cetak masih merajai.
Sedangkan Hamidin Krazan, yang saat ini mengabdi di salah satu lembaga pendidikan di kampung halamannya – Purwokerto, menjadikan kumpulan cerpen mereka bertiga sebagai titik balik dari kebersamasn mereka saat dulu sama-sama sebagai anak rantau di belantara ibu kota Jakarta.
“Kami memang tumbuh bersama, berkarys bersama, dan insya Allah tua bersama melalui karya,” kata Hsmidin.
15 cerpen yang tersaji dalam buku ini, adalah kumpulan cerpen yang setiap penulis menampilkan 5 karya. Dengan berbagai tema, gaya cerita, buku yang diterbitjan oleh penerbit Ujung Pena ini diharapkan mampu mewarnai kancah bacaan sastra Indinesia.*** (Dull)