PN.JAKARTA l — Seniman sekaligus penulis Arswendo Atmowiloto tengah terbaring sakit. Arswendo divonis menderita kanker prostat sejak beberapa bulan lalu.
Namun, karena kondisinya yang tiba-tiba drop, kini Arswendo dirawat secara intensif di Rumah Sakit Pusat Pertamina sejak kemarin, Senin (24/6/19).
Sebelumnya, rekan selebriti sekaligus sahabat Arswendo, Slamet Rahardjo dan Eros Djarot terlihat menjenguk Arswendo di kediamannya.
Dari pesan singkat yang dikirimkan oleh kerabat Arswendo Atmowiloto, dikabarkan bahwa saat ini pria berusia 70 tahun itu telah ditangani baik oleh tim dokter yang merawatnya.
Arswendo Atmowiloto atau Sarwendo sendiri lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 November 1948. Ia adalah penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti HAI dan KOMPAS.
Arswendo sempat kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979).
Prestasinya sungguh luar biasa. Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, di antaranya “Keluarga Cemara” dan “Becak Emak”, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002.
Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. Ketika itu, Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat Muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara.
Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti KOMPAS, Suara Pembaruan, dan Media Indonesia. Semuanya dengan menggunakan alamat dan identitas samaran.
Untuk cerita bersambungnya, “Sudesi” (Sukses dengan Satu Istri), di harian “Kompas”, ia menggunakan nama “Sukmo Sasmito”. Untuk “Auk” yang dimuat di “Suara Pembaruan” ia memakai nama “Lani Biki”, kependekan dari Laki Bini Bini Laki, nama iseng ia pungut sekenanya. Nama-nama lain pernah dipakainya adalah “Said Saat” dan “B.M.D Harahap”.
Setelah menjalani hukuman 5 tahun ia dibebaskan dan kemudian kembali ke profesi lamanya. Ia menemui Sudwikatmono yang menerbitkan tabloid Bintang Indonesia yang sedang kembang-kempis. Di tangannya, Arswendo berhasil menghidupkan tabloid itu.
Namun Arswendo hanya bertahan tiga tahun di situ, karena ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV. Saat ini selain masih aktif menulis ia juga memiliki sebuah rumah produksi sinetron.
Karyanya :
• Bayiku yang Pertama (Sandiwara Komedi dalam 3 Babak) (1974)
• Sang Pangeran (1975)
• Sang Pemahat (1976)
• The Circus (1977)
• Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
• Dua Ibu (1981)
• Serangan Fajar (diangkat dari film yang memenangkan 6 Piala Citra pada Festival Film Indonesia) (1982)
• Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel “Kawinnya Juminten”) (1985)
• Anak Ratapan Insan (1985)
• Airlangga (1985)
• Senopati Pamungkas (1986/2003) – dianggap sebagai bestseller oleh Gramedia
• Akar Asap Neraka (1986)
• Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
• Indonesia from the Air (1986)
• Garem Koki (1986)
• Canting (sebuah roman keluarga) (1986) – dianggap sebagai bestseller oleh Gramedia
• Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
• Lukisan Setangkai Mawar (17 cerita pendek pengarang Aksara) (1986)
• Telaah tentang Televisi (1986)
• Tembang Tanah Air (1989)
• Menghitung Hari (1993)
• Sebutir Mangga di Halaman Gereja: • Paduan Puisi (1994)
• Projo & Brojo (1994)
• Oskep (1994)
• Abal-abal (1994)
• Khotbah di Penjara (1994)
• Auk (1994)
• Berserah itu Indah (kesaksian pribadi) (1994)
• Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994)
• Sukma Sejati (1994)
Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995)
• Kisah Para Ratib (1996)
• Senja yang Paling Tidak Menarik (2001)
• Pesta Jangkrik (2001)
• Keluarga Cemara 1
• Keluarga Cemara 2 (2001)
• Keluarga Cemara 3 (2001)
• Kadir (2001)
• Keluarga Bahagia (2001)
• Darah Nelayan (2001)
• Dewa Mabuk (2001)
• Mencari Ayah Ibu (2002)
• Mengapa Bibi Tak ke Dokter? (2002)
• Dusun Tantangan (2002)
• Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005)
• Kau Memanggilku Malaikat (2007)
• Imung
• Kiki
• Mengarang Itu Gampang.