TN.BEKASI l — Usia dan kesempatan merupakan berkat Allah atas ketaatan terhadap hukum-hukum-Nya. Setidaknya itulah yang menjadi pandangan pendiri Humaniora Foundation. Bulan suci Ramadhan tahun ini, lembaga ini genap berusia 25 tahun (17 Ramadhan 1415 H / 17 Februari 1995 – 17 Ramadhan 1441 H / 10 Mei 2020).
Oleh pendirinya lembaga nirlaba ini didedikasikan untuk memuliakan manusia. “Manusia adalah makhluk dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu; cipta, rasa dan karsa,” ujar Pendiri Humaniora Foundation, Eddie Karsito, di acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-25 Humaniora Foundation, di Kranggan Permai, Jatisampurna, Kota Bekasi, Minggu (10/05/2020).
Manusia, kata Eddie, adalah makhluk yang memikul amanah. Manusia tidak diciptakan sia-sia. “Oleh karena itu, memanusiakan manusia senantiasa berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan serta nilai persaudaraan, gotong-royong, dan tolong-menolong. Menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia. Inilah yang menjadi misi Humaniora Foundation,” ujar penggiat budaya yang juga aktor film dan sinetron ini.
Humaniora Foundation didirikan pada tanggal 17 Ramadhan (17 Ramadhan 1415 H / 17 Februari 1995). Ulang tahunnya selalu diperingati umat muslim sedunia, bersamaan dengan momen _Nuzulul Quran_ (turunnya al Qur’an).
“Tanggal dan bulan didirikannya yayasan ini secara konsepsional dipilih sebagai transformasi makna; membumikan al-Quran,” kata pekerja sosial yang menamatkan pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Islam, Cokroaminto, Kisaran Asahan, Sumatera Utara ini.
Bantu Pemulung Terdampak Covid 19
Syukuran ulang tahun Humaniora Foundation biasanya ditandai dengan acara berbuka puasa bersama, pemberian santunan bagi anak yatim, kaum dhua’fa, dan janda lanjut usia berprofesi sebagai pemulung. Namun karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan mencegah penyebaran virus Covid 19, acaranya dilakukan terbatas.
“Tetap ada ada pemberian santunan. Selama tiga pekan terakhir, melalui Rumah Singgah Bunda Lenny, Humaniora Foundation, kami menyalurkan bantuan untuk masyarakat yang terimbas wabah Covid 19,” terang Eddie.
Sumbangan dibagikan khususnya untuk para pemulung, janda lanjut usia, serta para pekerja keras di sektor non-formal. Antara lain, kuli bangunan, pekerja galian tanah, petugas kebersihan angkut sampah, pembantu rumah tangga (PRT), pedagang keliling, pengamen, serta profesi lainnya
Sejak didirikan, kata Eddie, Humaniora Foundation tidak memiliki sumber pendanaan dan donatur tetap. Namun bantuan terus mengalir dari masyarakat tanpa diminta, baik sumbangan uang tunai, maupun kebutuhan pokok.
Selama pandemi Covid 19, lebih dari 25 juta rupiah nilai sumbangan telah disalurkan Humaniora Foundation. Nilai tersebut merupakan akumulasi sumbangan masyarakat, baik sumbangan berbentuk uang tunai, sembako, makanan, minuman, dan alat kesehatan berbentuk masker, dan lain-lain.
Hingga saat ini, kata Eddie, sumbangan masih terus mengalir. “Pelayanan ini adalah anugerah yang Tuhan percayakan kepada kita. Alhamdulillah, meskipun kita tidak layak _(dhoif :_ lemah) — tidak ada donatur tetap, tetapi Tuhan melayakkan (menolong) kita, untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan-Nya,” ujar relawan yang pernah mendapat penghargaan sebagai Pendiri Yayasan Pendukung Karir dan Prestasi “Pembangunan Award 2013” dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ini.
Para volunteer yang terlibat di kerja sosial ini, kata Eddie, sebagian besar adalah anggota, dan pengurus Sanggar Humaniora. Sebagian lainnya adalah para artis yang tergabung di Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH).
“Semua relawan kami tidak ada yang menerima upah. Apapun bentuk bantuan dari masyarakat kami sepakat tidak boleh menikmatinya. Bantuan selalu dibagi habis untuk masyarakat yang lebih membutuhkan,” ujarnya.
Sekolah Kemanusiaan
25 tahun usia Humaniora Foundation, kata Eddie, menjadi momentum bagi arah dan perkembangan lembaga ini untuk meningkatkan apresiasi kemanusiaan melalui program yang disebut Sekolah Kemanusiaan.
Sekolah Kemanusiaan, adalah institusi non-formal, wadah asah, asih, asuh, melalui cara-cara kesenian. Programnya mengarah pada pembinaan mental spiritual, pendidikan budi pekerti, kepemimpinan, dan nasionalisme — kebangsaan.
Sekolah Kemanusiaan, adalah gerakan dan kajian populer dalam perspektif budaya; perilaku sosial, dan pandangan hidup. Belajar menjadi manusia seutuhnya; memanusiakan manusia (humaniora).
“Lembaga ini diharapkan dapat melahirkan pandu budaya, khususnya dari generasi millennial; kids zaman “now”; gaul, kekinian; smart IT, memiliki perspektif masa depan sebagai generasi yang aktif, kreatif, inovatif, profesional, mandiri, empati, dan keelokan budi pekerti,” harap aktor serba bisa yang pernah mendapat penghargaan sebagai Aktor Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2008 ini.
25 Tahun Melayani
Humaniora Foundation didirikan tahun 1995. Diprakarsasi oleh Eddie Karsito, beserta para artis, seniman, budayawan, pekerja sosial, dan pemerhati sosial lainnya. Bergerak di bidang pelayanan sosial, pendidikan dan kegiatan budaya, dengan badan hukum Akte Notaris R. Sabar Partakoesoema, SH Nomor : 19 Tahun 1995.
Humaniora Foundation, menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal dan non-formal secara gratis, serta menyalurkan bantuan sosial dan santunan. Yayasan juga menyelenggarakan berbagai kajian sosial budaya, dalam bentuk seminar, workshop, diskusi, pelatihan jurnalistik, pelatihan seni peran, maupun pendidikan sinematografi.
Bekerjasama dengan RCTI dan institusi lainnya Humaniora Foundation menggelar ”Lomba Foto Masjid Waris Tamadun Islam(1996),” bekerjasama dengan Tabloid Hikmah memproduksi “Kuis Insan Cita TPI” (1995) dan “Kuis Ramadhan” SCTV (1996). Dengan Yayasan Ar-Rahmah menggelar “Tabligh Akbar” di Stadion Utama Senayan Jakarta (2001).
Tahun 2003 Humaniora Foundation ikut memprakarsai “Pameran Seni Rupa Film Indonesia” dalam rangka Hari Film Nasional bekerjasama dengan Komunitas Pecinta Film Indonesia, Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Tahun 2008 bekerjasama dengan PT. Cahaya Insan Suci menerbitkan buku “Menjadi Bintang Kiat Sukses Jadi Artis Panggung, Film dan Televisi.”
Humaniora Foundation, melahirkan banyak sineas yang kini menempati posisi penting di industri perfilman dan pertelevisian di tanah air, baik sebagai aktor, aktris, penyanyi, musisi, penulis skenario, sutradara dan praktisi pertelevisian. Sebagian lainnya ada yang menjadi wartawan media cetak, radio dan televisi, pembawa acara, presenter dan pembaca berita televisi (penyiar).
Melalui aksi sosial “Misi Kemanusiaan Universal Barang Bekas Menolong Sesama” Humaniora Foundation secara rutin mengumpulkan sumbangan barang bekas dari masyarakat dan barang milik artis. Sumbangan tersebut langsung disumbangkan dan sebagian dijual. Dari hasil penjualan dananya juga disalurkan untuk diberikan kepada para dhu’afa, fakir miskin, anak yatim, piatu, janda lanjut usia, dan pemulung.
Humaniora Foundation melalui *Sanggar Humaniora* membimbing ratusan siswa, pelajar mahasiswa, anak-anak dan remaja putus sekolah yang dididik informal melalui pendekatan seni peran dan budi pekerti secara gratis.
Melalui *Rumah Singgah Bunda Lenny, Humaniora Foundation,* telah melakukan aksi sosial ratusan kali, baik peduli sosial, santunan yatim dan dhua’fa, membantu korban bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, serta pelayanan pendidikan non-formal.
Humaniora Foundation membina ratusan pemulung, fakir miskin, dan anak yatim, non-panti yang tersebar di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Bandung.
Sejumlah artis dan selebriti yang pernah membantu yayasan ini, antara lain; *Yati Surachman, Pong Hardjatmo, Ray Sahetapy, Iwan Burnani, Ageng Kiwi, Iwan Fals, Krisdayanti, Raffi Ahmad, Deddy Corbuzier, Yuni Shara, Inul Daratista, Mayangsari, Nikita Willy, Anisa Bahar, Juwita Bahar, Tiara Bahar, Nini Karlina, Fitri Karlina, Della Puspita, Ratu Bidadari, Ratna Listy, Krisna Mukti, Ayu Azhari, Marshanda, Eddies Adelia, Iis Dahlia, Ike Nurjanah, Misye Arsita* _(almarhumah)_, *Pretty Asmara* _(almarhumah)_, *Mella Yong* _(almarhumah)._
Pebrio A. Ryan, Dean Desvi, Lia Emilia, Renny Agustine, Five V. Rachmawati, Irma Darmawangsa, Lisda Oktavianti, Irfan Sebastian, Livi Andriany, Aksay, Ratna Pandita, Lia Bulmat Raeshard, Ferly Putra, Adeliyana Indahsari, Meca Alba, Ratu Eva, Chan Kwie, Iqbal Perdana, Roman D. Man, Alfian Kadang, Grup Vokal ‘LAKI’, Dina ‘Sabun Colek,’ Suryandoro, Eny Sulistyowati, Gebby Pareira & Qonita, Gubernur Band,* pianis *Dhikapatrick,* ustadz *Ferdy Husainy*, ustadz *Wahyudin Yuha*, ustadz *Rizal Fauzi,* serta tokoh spiritual *Panglima Langit,* dan para donatur lainnya.
Beberapa lembaga manajemen artis, seperti Nagaswara Music, Artis Manajemen Positif Art, Sanggar Swargaloka, Triardhika Production, Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia, Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN), dan organisasi lainnya, juga pernah turut membantu kegiatan sosial yang dilaksanakan Humaniora Foundation.***(San2)