PN.DEPOK l — Pada masa pandemi sekitar bulan Maret, Dinas Koperasi turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi koperasi dan UKM yang ada di Kota Depok, itu baru terasa setelah dua bulan masa pandemi berjalan Dinas Koperasi kroscek ke beberapa koperasi berdasarkan usahanya, salah satunya koperasi simpan pinjam yang macet dan tidak ada pemasukan, sementara untuk biaya oprasionalnya harus tetap ada, solusinya adalah mengurangi penghasilan karyawannya, begitupun dengan toko dan minimarket yang juga sama jebloknya sekitar 60%-70%, itu semua karena ada penambahan pengeluaran untuk beli masker, hand sanitizer dan lainnya.
Begitupun dengan angkutan umum yang semakin langkanya penumpang akibat dibatasinya interaksi karena covid-19.
Ada tiga sektor yang harus diperhatikan dalam koperasi yaitu simpan pinjam, perdagangan dan angkutan.
Dalam usaha perdagangan daya beli masyarakat semakin turun, karena adanya bantuan-bantuan dari pemerintah pusat. Sama halnya dengan perdagangan, simpan pinjampun ketika usaha anggota berjalan dengan sendirinya cicilan berjalan. Dari semua kondisi tersebut terjadi penurunan termasuk UKM, persoalannya UKM adalah bisnis interaksi sosial.
“Intinya koperasi dan UKM bermuara dua hal, yaitu pasar dan modal, kami Dinas Koperasi mencoba atasi bagaimana bisa menciptakan pasar dan itu bukan hal yang mudah karena keterbatasan kondisi PSBB,” ungkap Andi Kuswandi Kabid pengawasan dan bina usaha kepada ketua koperasi Sekber Agus prabowo diruangannya, jum’at (19/9/2020).
Dinas koperasi sendiri sudah punya De’comar yang orientasi utamanya adalah menjual prodak-prodak UKM, ini semua bisa berjalan dengan baik kalau kesadaran masyarakatnya sudah terbangun.
“Intinya jika koperasi mau kuat ya harus berjalan selaras dan seimbang, satu paket antara koperasi dan UKM, Dinas Koperasi akan terus mendongkrak daya beli masyarakat. Pada masa pandemi ini masyarakat harus mempunyai semangat kebersamaan dan akan terus meyakinkan masyarakat bahwa bersatu itu lebih kuat dari pada sendiri-sendiri,” ucap Andi mengakhiri.*** (bng)