Oleh: Maryoko Aiko
__________________
Sudah faham kan? Betapa sadisnya partai politik dalam mensukseskan atau menggagalkan seseorang dalam konstestasi Pilkada (mungkin kelak Pilpres 2029)
Kita baru selesai menonton ketelanjangan politik oleh badut-badut politik bisa ketawa-ketawa mempermainkan emosi, harapan sebagian rakyat yang konon adalah konstituen atau akar rumputnya. Bahkan konin katanya, suara parpol adalah suara rakyat.
Benarkah?
Tidak bisa dipungkiri kasus kegagalan (kalau saya lebih menyebutnya sebagai “penggagalan” yang disengaja) terhadap beberapa tokoh potensial Cakada potensial. Salah satunya Anies Rasyid Baswedan.
Bila kita jeli. belum lama ini di Sosial Media Fahri Hamzah pernah memberikan catatan juga mungkin kritik membangun untuk Anies. Kurang lebih intinya begini “Bahwa hanya bermodal Popularitas saja tidak menjamin seseorang akan bisa maju sebagai konstestan Pilkada/Pilpres.”
Pandangan Fahri Hamzah saat itu memang sempat dibully oleh para pecinta ARB. Namun pernyataan Fahri Hamzah yang dianggap “menyerang” Anies akhirnya terbukti.
Bagaimana tidak geger? Anies Rasyid Baswesan boleh dibilang nyaris memiliki persyaratan lengkap atau modal lebih dari cukup untuk maju sebagai Cagub DK Jakarta. Beliau pintar, banyak mendapatkan penghargaan, banyak pendukungnya, mantan capres yang memiliki suara yang signifikan, mantan Gubernur DKI Jakarta (saat itu masih sebagai Ibu Kota Negara) tetapi kok gagal hanya mau manu menjadi Cagub DK Jakarta.
Apa yang terjadi?
Orang awampun akhornya faham. Salah satu kelemahan Anies Baswedan ialah dia tidak memiliki partai politik. Atau setidaknya dia bukan pengurus elite politik.
Tidak perlu kaget bahwa Anies tidak jadi maju sebagai Cagub Jawa Barat. Selain konon ada tekanan maha dahsyat, seperti yang disampaikan Ono Surono, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, secara unum Anies sudah naik level Nasional. Milik senagian rakyat Indonesia terutama yang memilihnya di Pilpres 2024. Anies Rasyid Baswedan tentu ingin merawat pendukungnya di level nasional .
Salah satu yang mungkin bisa dijalanin Anies, sudah saatnya untuk memiliki Parpol. Mendirikan Ormas, Mendirikan Parpol sendiri, atau setidaknya menjadi Pengurus Parpol level Ketua Umum.
Berpacu dengan waktu, Saat ini waktu mungkin saja menjadi waktu yang tepat untuk Anies “melamar” menjadi Ketua Umum di salah satu Parpol yang bisa menjadi “rumah” bagi umat.
Tak bisa dipungkiri senagian akar rumput PKS sedang mutung dan mulai mencari “rumah baru” untuk berlabuh.
Kemana akan menjatuhkan hati? Tentu harapan mereka pada Anies Baswedan kemana akan melabuhkan diri. Bagi para akar rumput yang mencari peabuhan baru ini berpikir bahwa Golput tentu bukan pilihan yang baik kelak saat pilpres 2029. Apalagi mereka berharap Anies Rasyid Baswedan kembali berjuang di Pilpres 2029.
Saat ini sebagian umat sedang galau. Dan politik adalah momentum. Mungkin saja Inilah saatnya Anies Baswedan membaca situasi sambil bersiap menata pertarungan di Pilpres 2029. Tidak hanya jadi “penumpang perahu” orang tetapi memiliki kapal yang besar yang dikemudikan sendiri.
Berandai-andai saja… Mungkin salah satu partai yang bisa di”lamar” adalah Partai Ummat. Dengan Ketua Umum Anies Rasyid Baswedan lalu, Sekjen Tom Lembong, dan Pembina Amien Rais, mungkin Partai Ummat bisa menjelma menjadi Partai Ummat yang sebenarnya.
Sekali lagi… Politik adalah momentum. Tindakan yang mengejutkan di waktu yang tepat mungkin bisa menghasilkan sesuatu yang sangat dahsyat!***
#gerakanumatcaripartai
(Penulis adalah Ketua Umum Sekber Wartawan Indonesia)