PN. BOGOR l – Spirit Raden Dewi Sartika dalam berjuang di dunia pendidikan harus dijadikan budaya. Demikian ungkapan Hj. Eneng Badriah dalam acara diskusi dan bedah buku Untaian Kata Untuk Dewi Sartika pada Kamis (26/09/2024).
Acara yang digelar dalam rangkaian Milad ke-2 Institut Agama Islam Bogor (IAIB) itu sengaja digelar guna untuk membangkitkan spirit di kalangan dunia pendidikan. Dihadiri oleh para dosen dan para mahasiswa/i.
“Dewi Sartika adalah pejuang pendidikan dari Jawa Barat, kebetulan IAIB juga ada di Bogor Jawa Barat, acara ini kita jadikan refleksi, bagaimana Dewi Sartika yang pada saat itu serba keterbatasan, memiliki semangat agar kaumnya tidak tertinggal, cerdas, dan ada di baris depan dalam kemajuan. Spirit inilah yang harus kita pegang dalam mengembangkan IAIB,guna menuju Indonesia Emas 2045 mendatang,” ungkap Eneng Badriah, yang juga Ketua Yayasan Cendikia Muslim.
Selain Eneng, acara yang dipandu Warek 1 Dr. H. Awaludin itu juga menghadirkan Putra Gara, sastrawan Nasional yang telah banyak menulis buku, sekaligus kurator dari terbitnya buku Dewi Sartika yang diinisiasi oleh Obor Sastra Indonesia.
“Terbitnya buku ini adalah suatu hal yang biasa. Tetapi yang tidak biasa adalah bagaimana kita menempatkan seorang Dewi Sartika bukan hanya sebagai pahlawan pendidikan, tetapi juga pemantik inspirasi kita semua, agar selalu gelisah melihat keadaan, lalu kita bergerak untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik,” ungkap Gara, yang juga dosen di IAIB.
Acara yang berlangsung dari jam 13.30 hingga 15.30 itu ada sesi tanya jawab. Setiap yang bertanya diberi buku Dewi Sartika. Di penghujung Acara Putra Gara membacakan puisi tentang Dewi Sartika karyanya yang ada di buku tersebut, sedangkan Hj. Eneng Badriah memberikan kata penutupan:
“Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Saat itu, masa itu – Dewi Sartikalah yang terpanggil untuk menggerakkan bagaimana pendidikan dapat mengubah pola pikir dan juga kehidupan. Saat ini, kita – melalui IAIB, mengambil spirit Dewi Sartika untuk berbuat, bergerak, seperti apa yang telah dicontohkan. Karena esok dan nanti – kalian, para mahasiswa/i IAIB, yang akan ambil peran dalam perubahan. Jangan pernah berfikir kita lahir dari orang tua siapa, tetapi berbuatlah untuk menjadi apa-apa. Sejarah diri kita, kitalah yang menuliskannya,” pungkas Hj. Eneng Badriah.***