PN.BOGOR l — Hadirnya staf Ahli Menko Polhukam Bidang Ideologi dan Konstitusi, Irjen Pol Agung Makbul di negeri Serambi Mekah – Aceh, mengingatkan hubungan masa silam antara Kesultanan Aceh dan Cirebon. Mengingat Agung Makbul adalah keturunan Cirebon.
Hal itu diungkapkan oleh seniman dan budayawan asal Aceh – Putra Gara, yang saat ini menjabat menjadi Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bogor.
“Pangeran Cakrabuana, anaknya Prabu Siliwangi usai berhaji sempat singgah dan belajar agama di negeri Aceh. Lalu setelah itu ia pulang ke Cirebon, dan mendirikan Kraton Pangkuwati pada tahun 1452 M. Dari sanalah cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon,” urai Gara.
Sejarah itu Gara dapatkan berdasarkan buku Babad Tanah Sunda Babad Cirebon, yang ia dapatkan saat mengunjungi Kesultanan Cirebon 11 tahun silam.
“Jadi hadirnya Irjen Pol Agung Makbul di Aceh semoga dapat mengingatkan kita akan hubungan sejarah yang pernah ada,” ungkap Gara lagi.
Agung Magbul yang juga Sekretaris Satgas Saber Pungli ini bakal melakukan sejumlah agenda di Aceh. Satu di antaranya adalah memberikan kuliah umum dan sosialisasi tentang Saber Pungli di Universitas Syiah Kuala. Agenda ini dilaksanakan sesudah Agung bertemu dengan Kapolda Aceh, Irjen Pol Ahmad Haydar, di kantor Polda Aceh.
Dari USK, Agung dan rombongan bergerak ke Meulaboh, Aceh Barat. Dia diagendakan untuk memberikan sosialisasi terkait Saber Pungli di Aula Bappeda Aceh Barat.
Dalam sejumlah kesempatan, Agung mengatakan pentingnya sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satgas Saber Pungli kepada masyarakat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran hukum kepada masyarakat.
Agung mengatakan praktik pungutan liar ini merusak sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu pemerintah perlu memberantas praktik kotor ini secara tegas, terpadu, efektif, efisien, dan mampu menimbulkan efek jera.
Agung mengatakan praktik pungli di Indonesia sangat kronis. Bahkan dia mengatakan sejak lahir sampai mati warga Indonesia menjadi korban pungli. “Pungli juga menyebabkan ekonomi biaya tinggi,” kata Agung mengakhiri.*** (Ru)