PN.BOGOR l — Pergerakan dunia seni memang terus berjalan sesuai perkembangan jaman, tetapi sejatinya – perubahan menuju kekinian adalah kreativitas dari para pelaku seni itu sendiri.
Hal itulah yang disoroti dalam diskusi ringan bersama teaterawan Imam Bumiayu menjelang Musda (Musyawarah Daerah) Dewan Kesenian Kabupaten Bogor, di kantor redaksi Kabar-TV, kamis (26/12/2020).
Imam sendiri adalah pendiri dan pimpinan Teater Mbeling yang sempat booming dijamannya sekitar tahun 80an hingga 90an. Dimana dalam setiap pementasan selalu dibanjiri oleh penonton.
“Karena saya keluar dari konsep berkesenian dalam teater ketika itu, dimana kita bebas berekspresi dsn bebas berakting, jadi semua kalangan enjoy saja menyaksikan pementasan kita,” ungkap Imam.
Yang jelas, menurut Imam, dasar berteater tidak pernah dihilangkan; bermartabat, menghibur dan manfaat. Itu sudah jadi patokan umum bagi pemain Teater Mbeling.
“Pokok dari Teater Mbeling adalah berkarya dan berapresiasi. Meski ketika itu banyak rintangan dalam mengusung konsep berteater, tetapi kita jalan terus,” ungkap Imam, yang telah banyak melahirkan pemain teater handal dan juga telah menulis lebih dari 100 naskah teater.
Pada masa produktifnya, Teater Mbeling ketika pentas di Istora Senayan, penontonnya sangat membludak.
“Satu hari lima kali pementasan, sekali tampil bisa 10 ribu orang yang menonton, sementara diluar yang antri akan menonton lagi juga ribuan,” cetita Imam, mengenang.
Boomingnya Teater Mbeling ketika itu menurut Imam justru dipandang sebelah mata oleh para pelaku seni itu sendiri. Tetapi Imam tak ambil peduli.
Justru Imam melihat ketika itu teater seperti stag, jalan ditempat, tidak ada pembaruan. Konsep Mbeling (semau gue) yang sebelumnya dipelopori oleh seniman kawanan Remy Silado pun diadopsi Imam.
“Bahkan untuk membuat nama Teater Mbeling saya pun minta izin juga sama Pak Remy Silado,” terang Imam lagi.
Dalam diskusi yang diikuti sastrawan dan budayawan Putra Gara, teaterawan yang juga anggota Teater Mbeling, Boby, juga ada jurnalis Bambang Andalas.
Diskusi ringan tetapi penuh isi itu menghasilkan agenda, bagaimana teater kedepannya menjadi hobis yang bisa diapresiasi kalangan melenial.*** (bng)