Menggadang-gadang Kaesang

Catatan Politik PUTRA GARA

PN.l — Kaesang sedang digadang-gadang. Putra bungsu Presiden Jokowi itu sedang dijadikan magnet politik para spekulan menjelang pilkada 2024 mendatang.

Kaesang diharapkan bisa seperti Gibran – sang Kakak yang mampu menduduki kursi Walikota Solo, atau seperti sang ipar – Bobi, yang jadi Walikota Medan.

Sejujurnya, magnet Kaesang adalah di sang bapak yang masih menjabat sebagai presiden. Kalau bicara personal, Kaesang hanyalah anak muda yang masih perlu penempaan bakat di dunia perpolitikan. Tetapi keberadaan Kaesang akhirnya dimanfaatkan para spekulan, atau para petualang politik yang hanya mengambil keuntungan sesaat demi cuan.

Kaesang dijadikan “barang jualan” politik seakan-akan kecap nomor 1. Padahal dibalik itu semua baik yang mengusung maupun yang tidak menyembunyikan senyum penuh arti. Karena tidak bisa dipungkiri, sokongan terkuat Kaesang adalah hegomoni sang bapak yang pemimpin negara. Bila masa jabatan Jokowi usai, magnet Kaesang ( juga Gibran dan Bobi) – akan meredup seiring perjalanan waktu. Apalagi basis Kaesang bukanlah partai, melainkan karena anak presiden. Ibarat pepatah anak tongkrongan: “mumpung babeh lo lagi berkuasa son, apa pun kita embat saja.”

Digadang-gadangnya Kaesang bukan hanya untuk Walikota Depok, beberapa waktu sebelumnya muncul di koran lokal Tangsel Kaesang diusung menjadi Walikota Tangsel. Bahkan Kota Bekasi juga mewacanakan Kaesang menjadi walikotanya.

Mencermati posisi Kaesang saat ini, sudah bisa dibaca bahwa para petualang politik hanya memanfaatkan Kaesang sebagai anak presiden yang menjelang akhir masa jabatannya, harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Bahkan kalau bisa diperas sekencang-kencangnya, agar keluar air perasan sampai tetes penghabisan.

Posisi Kaesang yang tengah digadang-gadang (kata lain tengah dimanfaatin), entah disadari Kaesang atau tidak. Tetapi sebagai anak muda yang memiliki ambisi dan juga syahwat politik, para spekulan dan para petualang politik itu pun bisa jadi dimanfaatkan Kaesang. Tidak penting jadi atau tidak, yang terpenting seorang Kaesang telah mampu membuat para spekulan bekerja dan berbuat untuknya. Ada pun dari hal itu Kaesang harus mengeluarkan cuan, itu bukan masalah.

Dari keadaan saat ini, Kaesang kelak akan belajar, perjalanan dia masih panjang, ia harus membentuk dirinya secara pribadi, bukan karena anak presiden. Lalu ada baju (partai) yang harus dia genggam untuk menjadi identitas politik. Kalau sudah begitu, pergerakannya menjadi patrol dari sebuah agenda kedepan. Bukan seperti sekarang, digadang-gadang hanya untuk dimanfaatkan cuannya. Karena kalau bukan anak presiden, Kaesang bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa, bahkan untuk berbuat lebih banyak untuk dirinya pun masih perlu tanda tanya yang besar.***

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Silakan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: pajajaranred@gmail.com Terima kasih.